Monday, February 25, 2008

Sunday, 24 February, 2008 at 09:02 p.m.

Minggu hari ini

G brasa ga jadi manusia. Satu2nya yang mengingatkan bahwa g masih manusia adalah bahwa g masih merasa. Walopun hari ini perasaan2 dan emosi2 yang g punya hampir smuanya negatif, at least g masih bisa merasa. Satu kata yang cocok untuk menggambarkan warna hati g adalah burek. Burek sperti campuran tanah yang sudah terinjak2 puluhan jejak spatu kotor bercampur air hujan. Yup, burek as like that.

Masih merupakan suatu hal yang menjengkelkan untuk menemukan suasana hati g bisa swift ke arah yang berbeda, ke mood yang sangat berlawanan, hanya dalam hitungan beberapa jam. Sabtu kemaren, g masih jadi manusia yang nikmati stiap moment bersosialisasi. Walo settingnya di rumah duka kung2 echi di gatot subroto, ttep g nikmatin fakta g bsosialisasi ma orang2 yang blakangan g hindari.

Itu kemaren.

Hari ini, g jadi sperti manusia yang khilangan charge batre.

Tergoda u/ menyalahkan kondisi finansial g yang hampir bangkrut, menyalahkan kepala g yang lagi gampang pusing n kekurangan oksigen, menyalahkan temperamen satu orang rumah yang lagi brengsek, cuaca yang ga jelas, acara TV yang ga da yang bagus, khidupan sosial g yang sama ga jelasnya dengan cuaca jakarta blakangan, kosongnya kotak inbox yang seakan jadi parameter ga jelasnya khidupan sosial g, dll.

Tapi…

Semua hal diatas tadi bukan penyebab low’nya g hari ini. Penyebab utama dropnya mood g hari ini, g sadar, adalah karena g ga mulai hari dengan benar. Saat teduh seakan jadi formalitas u/ memulai hari. Bukan jadi hal yang menyenangkan. Sempet mikir “g butuh gitar u/ sate”. Tapi bukan itu, g ga butuh alat musik apapun. Yang g butuhin adalah rasa lapar dan haus dateng ma Dia. Biarkan Dia isi kekosongan hati n jiwa g.

G masih bgantung ma hal2 di luar g. Bergantung sama manusia untuk buat g brasa jadi manusia.
Bergantung sama inbox nokia g untuk buat g brasa g manusia sosial yang exist.

Bergantung sama keuangan g u/ buat g mrasa jadi manusia yang sukses materially.

Bergantung sama baju2 dan sgala pernak/ik yang bisa g pake u/ buat g brasa jadi manusia yang punya fashion statement -- Manusia yang penuh, wanita yang seutuhnya.

In my attempt to be (in my opinion) whole, g mulai ngebanding2in diri g ma sederetan para wanita lain. G mulai menginginkan apa yang mereka punya, dan yang g punya. G mulai berharap g bisa punya tombol special yang bisa buat g ganti plot n naskah hidup g, ganti para pemain pendukung dan pemain figuran dan setting hidup g. G mulai ga melihat bahwa g adalah g yang unik dan ga da yang kaya g. G mulai ga mensyukuri apa yang Dia kasih k g. Dengan keras kepala, g masih sedikit berharap I wish I were someone else but me. Selain mulai ngebanding2ini diri g n wish I were someone else, g masih temuin diri g ada dalam lingkaran kebohongan yang g ciptain. Mata rantainya gitu, I wish I were someone else n I’ve been starting to live in lies I created to make me feel that I’m someone else. Pathetic, I know. Really pathetic!!!! Topeng2 g tsimpan rapi di tas kasat mata g.

Topeng profesionalisme untuk di kantor.

Topeng rohani di aktifitas kerohanian.

Topeng liar dan brengsek untuk orang dan nomor2 tertentu.

Je, please let me be me in You. Aku cape ma hidupku, dan kembali aku serahin balik naskah n plotku ke Engkau sbagai sutradara dan penulis hidupku ya.

No comments: